Rasanya tak pernah bosan membaca kisah tokoh yang satu ini, saya kutip dari Facebook tulisan Pramadi Pujayanto.
Pada suatu hari, ketika Jepang belum semakmur sekarang, datanglah seorang peminta-minta ke sebuah toko kue yang mewah dan bergengsi untuk membeli Manju (kue Jepang yang terbuat dari kacang hijau dan berisi selai). Bukan main terkejutnya si pelayan melihat pelanggan yang begitu jauh sederhana di tokonya yang mewah dan bergengsi itu. Karena itu dengan terburu-buru ia membungkus manju itu.
Tapi belum lagi ia sempat menyerahkan manju itu kepada si pengemis, muncullah si pemilik toko berseru, "Tunggu, biarkan saya yang menyerahkannya". Seraya berkata begitu, diserahkannya bungkusan itu kepada si pengemis. Si pengemis memberikan pembayarannya.
Sembari menerima pembayaran dari tangan si pengemis, ia membungkuk hormat dan berkata, "Terima-kasih atas kunjungan Anda".
Setelah si pengemis berlalu, si pelayan bertanya pada si pemilik toko, "Mengapa harus anda sendiri yang menyerahkan kue itu ? Anda sendiri belum pernah melakukan hal itu pada pelanggan mana pun. Selama ini saya dan kasirlah yang melayani pembeli".
Si pemilik toko itu berkata, "Saya mengerti mengapa kau heran. Semestinya kita bergembira dan bersyukur atas kedatangan pelanggan istimewa tadi. Aku ingin langsung menyatakan terima-kasih. Bukankah yang selalu datang adalah pelanggan biasa, namun kali ini lain ?"
"Mengapa lain ?", tanya pelayan.
"Hampir semua dari pelanggan kita adalah orang kaya. Bagi mereka, membeli kue di tempat kita sudah merupakan hal biasa. Tapi orang tadi pasti sudah begitu merindukan Manju kita, sehingga mungkin ia sudah berkorban demi mendapatkan Manju itu. Saya tahu, Manju itu sangat penting baginya. Karena itu saya memutuskan ia layak dilayani oleh pemilik toko sendiri. Itulah mengapa aku melayaninya", demikian penjelasan sang pemilik toko.
Sang pemilik toko tersebut adalah Konosuke Matsushita.
Ia kini adalah pemilik perusahaan Matsushita Electric yang terkemuka di dunia itu.
Hikmah dari kisah di atas adalah :
- Cerita ditutup dengan sebuah renungan bahwa setiap pelanggan berhak mendapatkan penghargaan yang sama.
- Nilai seorang pelanggan bukanlah ditentukan oleh prestise pribadinya atau besarnya pesanan yang dilakukan.
- Seorang usahawan sejati mendapatkan sukacita ketika melayani semua pelanggan sama, dan di sinilah ia harus meletakkan nilainya...
Silakan baca juga kisah Matsushita yang lain di sini
------------------
Dalam sebuah Japanese Volunteer Class yang saya ikuti, saya bertemu seorang sensei yang senang berdiskusi agak serius. Barangkali jika anda berdiskusi dengan orang Jepang akan terkesan berbasa-basi, berusaha untuk antusias untuk setiap yang mereka ungkapkan, karena dengan demikian mereka akan merasa dihargai (meskipun kadang kita tidak mengerti). Tapi untuk saya hal itu bisa jadi sangat menjenuhkan dan melelahkan sekali. Oleh karena itu biasanya saya arahkan pada hal-hal yang bermanfaat atau menarik saja. Namun Sensei ini membahas suatu hal lebih mendalam dari sekedar kebudayaan dan tempat wisata di Jepang.
Kebetulan Sensei kali itu membahas etos kerja orang Jepang, dan saya menceritakan salah satu kisah tentang Matsushita ini. Kami berlanjut dalam diskusi yang cukup menarik. Ternyata wawasan saya bertambah lagi tentang tokoh ini. Beliau membagi rumus penting yang diajarkan Matsushita. Dalam sebuah perusahaan, adalah penting bagi kita membuat peta 1 : 2 : 1. Artinya membagi pegawai dalam komposisi 20 : 40 : 20 % ;
- 20 %, yang pertama (bawah) adalah kelompok yang jikapun tidak ada, tidak akan memberikan pengaruh apa-apa, mereka akan mengeluhkan kebijakan manajemen dan menggosipkan para bos-nya namun cenderung tidak produktif. Dalam beberapa kondisi mereka bisa memprovokasi pegawai lain dan bisa membahayakan perusahaan. Mereka masih dipertahankan karena untuk menggantinya memerlukan usaha yang cukup besar.
- 40 %, kedua (tengah) adalah kelompok pegawai yang berada di pertengahan, mudah diarahkan dan dapat bekerja optimal di bawah pimpinan yang tepat, namun juga bisa diprovokasi kelompok yang pertama tadi. Mereka penting untuk perusahaan, biasanya suara mayoritas ini yang diperebutkan 2 kubu dalam perusahaan. Kalau dalam pemilu, mirip swing voters mungkin ya..
- 20%, ketiga (atas) adalah kelompok yang akan menentukan arah kemajuan perusahaan, mereka penentu kebijakan, loyal, produktif dan visioner. Barangkali mereka tidak begitu cerdas/produktif di awal namun memiliki percepatan yang di atas rata-rata. Tipe pegawai seperti ini sangat penting dan akan dipertahankan oleh perusahaan, kendati mereka sempat gagal namun perusahaan akan memberikan kesempatan kedua. Sebagaimana bisa dilihat dalam cerita Matushita yang lain di blog ini.
Rumus ini selalu diterapkan Matsushita di perusahaan manapun yang ia dirikan dan menjadi salah satu kunci kesuksesannya. Kisah lainnya adalah tentang keberanian Matsushita melawan mitos. Ketika awal ia akan mendirikan perusahaan, Matsushita tidak mendapatkan lahan yang bagus dan murah kecuali sebidang tanah kering di utara kota. Menurut mitos setempat, tanah di utara membawa nasib jelek, untuk ditinggali apalagi untuk usaha. Namun dengan tekad yang kuat ia berhasil membangun pabrik di sana dan membuka banyak lapangan kerja, daerah sekitarnyapun menjadi maju karena pabrik ini. Diskusi kali itu ditutup dengan kata-kata dari Sensei ini, "Jika Anda berpergian ke luar negeri, ceritakanlah selalu hal-hal bagus tentang tanah air anda, bukan hanya tentang kekayaan alam dan budayanya, tetapi orang-orangnya, dan bagaimana kaum mudanya menghadapi tantangan masa depan. Nanti anak cucu anda akan mendengarnya dan mendapat gambaran yang baik tentang negara tempat mereka hidup. Hal ini sangat penting bagi keberlangsungan suatu negara."
Mendengar ini jadi ingin mengumpulkan banyak kisah tokoh sejarah Indonesia, akan kuceritakan pada anak cucuku nanti, bagaimana gagahnya Jendral Sudirman menghalau penjajah, Bung Karno yang pantang tunduk pada dunia internasional, atau Cut Nyak Dien yang patriotik... Insyaalloh.
Sebagai seorang muslim tentu kita memiliki teladan yang jauh lebih hebat yaitu Rosulullah SAW, baik sebagai pemimpin dalam kelompok maupun sebagai pribadi yang sarat makna. Namun tak ada salahnya kita belajar dari berbagai tokoh sukses di dunia ini bukan ?
2 comments:
Salam kenal..
Aku juga pernah baca cerita ttg toko kue itu..tp dibaca lg ttp memberi inspirasi ya.. :)
Salam kenal nadiyah.. wah newcomer blogger nih, tapi kayanya ide-idenya udah nunggu untuk dituliskan^^
Iya, inspiring.. Makasi dah berkunjung
Post a Comment