Pages

Monday, September 7, 2009

Beda


Adakah yang membedakan antara orang yang bergerak dan orang yang diam? Kurasa mereka yang bergerak, berkarya, berjuang, pun bertahan adalah benar-benar menarik semesta untuk mengelilinginya.

Adakah beda antara mereka yang berbicara dan mereka yang diam? Terkadang orang tidak tahu betapa banyak orang lain yang menanti ucapan mereka, menanti ilmu mereka untuk diamalkan, menanti nasihat dari hati yang bersih, dan menanti dukungan terhadap kebaikan. Maka tetaplah benar ketika dikatakan lisan lah yang dapat menggelincirkan diri kepada kesombongan dan kekufuran, itulah saat diam menjadi emas. Namun haruskah kita diam ketika kemaksiatan di hadapan mata, ketika umat menanti para pemimpin, dan pembawa perubahan?

Ada pula yang bergerak dalam diamnya, amal-amalnya yang berbicara. Tak jarang yang memilih diam karena tak mau mengambil risiko, bermain aman. Tak ingin menyinggung maupun memberikan apa yang bukan kewajibannya.

Kukatakan, adalah fitrah manusia untuk mengarah dan mengarahkan kepada kebaikan, serta memperbaiki yang belum benar. Hanya saja adakalanya keburukan itu begitu banyak sehingga menjadi kewajaran dan ambang kebenaran yang baru. Sering pula diam, cuek, dan apatis menjadi logika yang dimaklumi dan membudaya, dari hilangnya sopan santun sampai diamnya sikap terhadap suatu kejahatan karena merasa ‘Itu tanggung jawab orang lain, polisi atau siapa lah, dan bukan tanggung jawabku’.

Kuyakin itu hanyalah produk, yang telah mengalami olahan budaya sehingga menjadi sedemikian. Toh masih ada wajah murah senyum, tetangga yang saling mengenal dan berkunjung, serta orang yang mau susah payah menunjukkan jalan ketika kita tersesat.
Maka kusimpulkan, pada dasarnya setiap orang itu adalah baik.

Jika saja semua orang menyadari ada banyak kebaikan dalam dirinya yang dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik, tentu akan lebih banyak orang yang bergerak, dan menebarkan manfaat. Bukankah, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia (dan makhluk) lainnya.