Pages

Tuesday, April 8, 2008

Ketika Aku Mendekati-Mu


Setiap manusia memiliki hakikat diri untuk bergantung kepada Zat yang maha agung, jauh lebih agung daripada dirinya yang fana. Oleh karena itu, di dalam diri dan jiwanya ia merasakan tidak dibiarkan sendirian. Bahkan, ia (merasakan) memiliki hubungan langsung dengan sebuah Mabda` (Sumber Utama) yang selalu memeliharanya, membantunya dan mengawasi segala pemikiran dan kelakuannya, Sumber Utama yang menguasai seluruh dunia dan seluruh makhluk dapat tegak karena-Nya.

Dalam Islam, mengenal Allah (ma’rifatullah) adalah persoalan penting dan wajib, karena hal ini menyangkut aqidah. “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada ilah melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat-tempat tinggalmu” (QS Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah Swt. menggunakan fi’il amr (kata kerja perintah) yang berarti wajib setiap Muslim untuk ma’rifah kepada Allah.


Kenal bukan hanya sekedar tahu. Ma’rifah adalah sebuah proses perpikir yang menghasilkan tindakan, baik berupa pernyataan maupun sikap. Imam Ghazali menyatakan bahwa ma’rifah adalah sebuah tingkatan kecerdasan, yaitu mengumpulkan dua atau lebih informasi untuk menghasilkan sebuah kesimpulan. Dan dari kesimpulan itulah muncul tindakan atau sikap. Bukan ma’rifah namanya bila apa yang diketahuinya tidak menghasilkan tindakan. Seseorang yang mengaku mengenal Allah, tapi tidak menghasilkan ketundukkan, ketaatan, loyalitas, dan penghambaan kepada Allah, sesungguhnya dia belum ma’rifah kepada Allah.

Ma’rifah kepada Allah dapat kita lakukan dengan cara memikirkan dan menganilisis semua ciptaan Allah di jagat raya ini. Rasulullah Saw. bersabda, “Tafakkaruu fi khalqillaah, walaa tafakkaruu fi dzatillaah.” Pikirkanlah ciptaan-ciptaan Allah, dan jangan pikirkan tentang Dzat Allah. Demikianlah Al-Qur`an banyak mendorong kita untuk mendayagunakan potensi akal kita untuk mengenal Allah. Barang siapa yang mengenal Tuhan-nya, maka ia akan mengenal dirinya.

5 comments:

Anonymous said...

tulisan dan gambar yg bagus. btw, gambar itu pernah sy jadikan contoh, ternyata selera kita sama...-ninja-

Lesly Septikasari said...

arigato :) thanks for visit, ninja.

Galih said...

AsW

Baru pertama kali komen nih Ly ( sorry).

Hm, nice, saya susah lho kalau bicara kayak diatas, atau menuliskan 'hikmah' dari suatu kejadian. Bisanya, saya berpikir lalu mengungkapkan dalam bentuk karya- tapi harus ada angka kuantitatifnya.....

Intinya, ternyata kekuatan saya di retrospeksi, dan kelemahan di introspeksi ( Tapi, ini bukan default lah, karakter manusia, bisa dirubah!!!)

Soal buku yang self help saya bilangin itu. Ya different point of view saja kali, intinya I myself is the one who life on my own creation. Referensi harus banyak dan berlimpah ruah, bisa dari buku, atau mentor, tetapi, orientasi saya, hanya saya yang boleh menentukan.

25 kali penghargaan, dan 75 kali kekalahan. 12 kali kecelakaan motor, dan 4 diantaranya adalah tabrakan frontal ( paling parah hampir patah jari kelingking kanan)
2 kali jadi OSIS, 3 kali dikeroyok rame2, ( padahal MaPres loh,statusnya)

Tuh, kan, in fact, banyakan gagal daripada berhasil. Cuman, orang2 liatnya cuman pas berhasil. Alhamdulillah, saya nggak peduli kata orang, hahahaha....Wadehel with your komen dah...Maju teruus

Yup, enjoy the risk Ly....Be yourself ajalah...Lagian, yang penting Allah tahu siapa kita, kalau manusia mah...Gak pentiiing...hehe...

Defaultnya : I CAN "DO" CHANGE ( up to my ambition)

Anonymous said...

Allahu Akbar....
visit my blog :menayesha@blogspot.com

Lesly Septikasari said...

to galih : so glad to have your comment here. sthanks. (itu mah, galih pisan) but sometimes other's opinion also precious.. sometimes, yet keep being ourselves.
to menayesha : i already have. thank you