Pages

Saturday, February 9, 2008

Loyalitas



Loyalitas adalah hadiah konstituen kepada sang pemimpin, yang diberikan secara sukarela, karena integritas sang pemimpin

“Anda tidak dapat membangun loyalitas secara terfragmentasi, gaya sekali tembak dan tidak cukup terfokus pada upaya perbaikan pelayanan 1-2 departemen atau fungsi. Setiap orang.. setiap orang! Harus menjadi bagian dari solusi. Jika tidak, mereka malah menjadi bagian dari masalah.” Demikian tulis Dennis McCarthy dalam The Loyalty Think-How Loyal Employee Create Loyal Costumer (1997).
McCarthy juga berusaha meyakinkan bahwa, “Bukti secara tidak langsung mengungkapkan adanya korelasi antara loyalitas konsumen dan loyalitas pegawai. Yaitu makin tinggi kepuasan konsumen, makin rendah turnover pegawai.
Salah satu biang kerok utama yang menyebabkan merosotnya loyalitas dalam perusahaan. Setidaknya menurut James Kouzes, CEO Tom Pieters Group, adalah pegawai tidak mempercayai manajemen dalam memenuhi apa yang dikatakannya atau menerapkan apa yang telah diprakarsainya. Dengan kata lain, manajemen tidak dipercayai oleh konstituennya karena antara kata-kata dan tindakan terdapat jurang pemisah yang lebar dan dalam. Konstituen membenci apa atau sekurang-kurangnya tidak dapat menerima orang yang munafik menjadi pemimpin mereka.
Pada titik ini kita melihat bahwa masalah loyalitas berkaitan langsung dengan integritas. Integritas yang berasal dari kata latin integer, arti harfiahnya adalah utuh, lengkap, tidak terfragmentasi, hanya dapat dibangun lewat kejujuran yang diekspresikan lewat kata-kata dan tindakan selaras. Dan integritas serta kejujuran itu pertama-tama dan terutama diharapkan dari manajemen dan eksekutif, perusahaan atau dari siapa saja yang menduduki jabatan kepemimpinan dalam sebuah organisasi.
Bila para pemimpin mendemonstrasikan integritas dan menunjukkan kejujuran, maka para konstituennya (termasuk pegawai, konsumen, pemasok, dan stakeholders lainnya) tidak ragu untuk bersikap loyal atau setia (faithful). Hal ini didukung antara lain oleh hasil studi Kouzes dan Posner (Credibility, 1993) yang menunjukkan bahwa 4 hal utama pertama dan terutama yang menjadi karakteristik pemimpin yang dikagumi dalam dunia bisnis maupun politik yaitu : Honesty (kejujuran), diikuti dengan forward looking (visi jauh ke depan), inspiring dan Competent.

Kepemimpinan adalah kemampuan menetapkan suatu arah yang dapat dirasakan (a sensible direction), membuat orang-orang menyelaraskan diri ke arah itu, dan memberi mereka kekuatan untuk mencapainya dengan cara apapun. -John P. Kotter-

Oleh : Andrias Harefa ( Penulis Menjadi Manusia Pembelajar). Dengan editan dan tambahan

3 comments:

Rachmawati said...

It's nice to have loyal people, but it's more nice if they are also thinker.

The good thing doesn't lie on how great the leading is, but in how deep the knowledge absorbed.

amircool said...

wow..inspiring. btw, ada cara yang ampuh untuk merubah karakter yang misalnya :
1. tidak teguh dan mudah terombang-ambing
2. takut merencanakan/memberi arahan/mengatakan karena ragu-ragu apakah mampu menerapkannya?

Lesly Septikasari said...

to rahma : wah, filosofis juga ya. i think a good leader always learn n be knoledgable

to amir : mulailah memutuskan, dan tepati, meski kemudian disadari itu salah jangan berubah dan terima konsekuensinya sehingga terbiasa.