Pages

Wednesday, December 3, 2008

nge-bisnis restoran yuk

Industri makanan merupakan bisnis yang paling besar di dunia dari skala sembako sampai soft drink, pedagang cendol sampai restoran high class dengan view’ Bandung at night’. Industri makanan atau bisnis kuliner sering menjadi pilihan karena sirkulasi uangnya yang cepat dan margin-nya yang besar.
Seorang Turn Over Hotel & Restaurant Consultant mengatakan bahwa nilai suatu makanan adalah pada suasana yang didapatkan ketika seseorang menyantapnya. Sebagai contoh, segelas bandrek yang disajikan gerobak tukang depan rumah dengan yang di ‘Kampung Sampireun’* tentu memiliki harga yang jauh berbeda, bahkan bisa mencapai 20 kali harga dasarnya. Jika suatu santapan dapat memberikan nuansa yang berbeda atau pleased the consumer maka ia berhak dihargai lebih, dan bentuk penghargaan ini tidak hanya dalam bentuk uang. Seperti misalnya rumitnya etika perjamuan teh tradisional jepang yang menuntut pengetahuan dan kesabaran pelaku sebelum mengecapnya. Kalau kata iklan rokok, ‘Lebih punya taste!’?>?>?>
Keuntungan menggiurkan ini tidak lantas menyebabkan setiap yang berbisnis makanan akan menjadi sukses. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi patokan dasar sebelum memulainya, yang lebih umum kita kenal sebagai marketing mix atau bauran pemasaran yang terdiri dari 4 P (Product, Price, Place, Promotion).
1. Product, jualan
Dalam bisnis restoran, keseluruhan adalah aspek dari produk. Karena usaha makanan juga menjual jasa dan nuansa ketika makan. Dari segi produksi, makanan harus segera disalurkan ke konsumen. Masa tunggunya harus singkat karena hal ini menentukan kualitasnya.
Jenis makanan yang dipilih harus memiliki rasa yang berbeda atau keunikan. Jika itu berupa makanan umum misalnya bakmi, maka harus berbeda dari aspek rasa maupun penyajiannya dibandingkan bakmi yang lain. Kebersihan dan keapikan pemilik restoran kerap kali juga menjadi pertimbangan calon konsumen. Display makanan dan resep yang diunggulkan juga perlu dievaluasi secara berkala supaya konsumen tidak bosan.
2. Price, harga
Harga makanan yang disajikan tentu harus relevan dengan keuntungan yang diterima konsumen. Dalam menentukan harga, kita dapat mengambil dasar harga produksi (Production Cost based pricing) kemudian menetapkan marjin yang realistis berdasarkan ketertutupan modal. Biasanya acuan ini diambil untuk makanan yang biasa dibeli dalam nominal besar dan rutin. Kita dapat pula menentukan konsumen yang akan disasar baru kemudian menentukan harga (Consumer based pricing) dengan cara menyajikan makanan biasa dengan kemasan luar biasa. Dalam hal ini harga produksi menjadi kurang relevan, karena konsumen jenis ini justru lebih percaya dengan harga yang mahal dan kemasan elit sebagai penentu kualitasnya. Acuan lain adalah berdasarkan harga produk pesaing (Competitor based pricing), jika kualitas dua produk sama maka harga akan menjadi pertimbangan utama calon konsumen.
3. Place, lokasi
Persamaan industri kuliner dengan properti ada tiga yaitu : lokasi, lokasi dan lokasi. Makanan memang kebutuhan pokok, namun bahkan konsumen memiliki ratusan alasan memilih makanan, sembako atau kudapan after lunch. Yang jelas ia harus mudah dijangkau. Pengecualian berlaku pada restoran yang sengaja dibuat terpencil dengan pemandangan luar biasa atau ke-khas-an lain karena ia menjual lebih dari makanan. Namun sebagian besar industri makanan sukses banyak mengacu pada lokasi yang mudah diakses konsumen. Hal-hal berikut dapat menjadi pertimbangan dalam memilih lokasi usaha makanan :
  1. Ketahui sejarah lokasi tersebut. Pastikan tempat yang dipilih tidak memiliki sejarah perampokan, pencurian, dan kekerasan lainnya
  2. Pelajari kemungkinan perkembangan wilayah tersebut. Prospek wilayah dalam jangka panjang sering diabaikan padahal bisa menjadi investasi masa depan
  3. Amati akses transportasinya. Ketahui sistem transportasi dan kemungkinan pengembangannya. Sejumlah pengusaha makanan bahkan sengaja membuat jalan khusus atau membuat layanan delivery
  4. Ketahui penghuni mayoritas lokasi tersebut. Penduduk mayoritas menjadi pertimbangan penting karena dapat menjadi sumber konsumen, maupun sumber tenaga kerja. Baik dari aspek kepadatan, behavior/culture, maupun tingkat ekonominya. Terlebih lagi, mereka diharapkan dapat menerima dengan baik usaha kita. Jadi cobalah bersahabat dan mengamati lebih banyak
  5. Ketahui tentang fasilitas air, listrik, dan telepon. Hal ini vital untuk kelangsungan usaha restoran. Apalagi usaha restoran setiap saat memerlukan air untuk memasak dan mencuci piring
  6. Mudah dilihat dan mudah dicari. Carilah lokasi di pinggir jalan dan selalu ramai dengan orang yang lewat
  7. Arena parkir. Terutama di daerah perkotaan, arena parkir yang luas dan memadai juga aman selalu menjadi pertimbangan khususnya untuk restoran besar
  8. Sesuaikan dengan jenis usaha. Untuk usaha catering biasanya lokasi tidak menjadi pertimbangan utama karena dapat mengantarkan layanan antar, sementara akses dapat tetap terjamin. Sementara outlet makanan ringan seringkali mobile ke tempat keramaian, menjadikan kendaraan lebih utama daripada lokasi permanen
4. Promotion
Tanpa promosi, perusahaan akan sulit mencapai puncak penjualan. Semakin banyak orang yang tahu restoran kita, semakin besar kemungkinan mencapai puncak penjualan. Bahkan konsumen dapat menjadi media promosi yang efektif. Dalam usaha makanan ada mitos,- yang juga dikukuhkan oleh riset pasar, bahwa 1 orang konsumen puas akan merekomendasikan produk ini kepada minimal 25 orang selama hidupnya, demikian pula jika 1 orang konsumen kecewa, ia akan menceritakan kepada minimal 25 orang seumur hidupnya.
Dalam setiap media promosi hendaknya disertai komunikasi yang jelas penting dan beda, sehingga konsumen dapat ’teredukasi’ dengan baik, paham dan tertarik. Berikan bukti bukan janji, testimoni konsumen orang penting juga dapat menjadi daya tarik yang efektif.
Sebenarnya terdapat 1 lagi ’P’ yaitu People. Siapa yang digaji adalah lebih penting daripada berapa mereka digaji. Jika kita menempatkan orang yang tepat, maka akan lebih mudah dalam menentukan arah dan keputusan yang tepat dalam usaha apapun. Alangkah merugikannya jika kita menempatkan pegawai dengan attitude yang buruk atau tidak terlatih dalam menghadapi konsumen.
Untuk memulai usaha kuliner dari aspek manajemen sebenarnya tidak terlalu rumit, tentu disesuaikan dengan skala usahanya. Minimal manajemen yang diperlukan adalah manajer utama dan pemasaran serta koki yang handal. Keterampilan koki yang perlu dipertimbangkan manajemen adalah meliputi kemampuan memasak, pengetahuan menu dan budgeting makanan, kebersihan dan keapikan dalam mengarahkan asisten masak, serta yang paling penting adalah kejujuran dan ketulusan dalam memasak. Apa yang datangnya dari hati akan sampai ke hati konsumen kan.
Perencanaan adalah 50% kunci keberhasilan, setelah 5P dan rencana manajemen, hal berikutnya adalah perencanaan finansial yang matang. Sesederhana apapun siapkanlah perhitungan anggaran belanja, biaya operasional bulanan, biaya non operasional, penggajian, alokasi promosi, dan perhitungan laba. Terbiasalah memisahkan uang perusahaan dan pribadi serta disiplin dalam pencatatan, usahakan efisiensi dan efektifitas dalam segala aspek. Laba dapat datang tidak hanya dari peningkatan penjualan namun juga dari pemangkasan ketidak efisienan.
Usaha kuliner memang selalu menarik. Dari ibu-ibu, mahasiswa sampai insinyur dapat melakukannya, namun ketekunan dan kecintaan pada profesi ini serta keinginan untuk membahagiakan konsumen dengan masakan kita adalah filosofi mendasar yang dapat mempertahankan usaha kuliner jangka panjang.. Selamat mencoba.

Bagaimana jika kita dihadapkan pada sebuah usaha kuliner yang sudah berjalan namun memerlukan perbaikan atau re-manajemen ?
Hal ini dapat menjadi perbincangan yang lebih seru, kita bahas lain waktu ya... ^_^

Reff :
Asyiknya Berbisnis Restoran. Dr. Ir. H. Wahyu Saidi, M.Sc.
Good to great, Jim Collins.
?>?>?>Blue Ocean strategy, Kim Mauborgne
*Suatu resort wisata berkelas di Garut, Jawa Barat

8 comments:

amircool said...

keren...bisa dilakukan sama engineer juga ya? kalau engineernya g punya waktu banyak gmana? :P

diskusi selanjutnya kapan?

Anonymous said...

keren keren (walaupun blm baca isinya)... meni panjang teuing teh...

Lesly Septikasari said...

to amir : iya, bisa ko. itu mah dasar buat usaha. hm.. udah on mind, tp keburu ngantuk pas nulis artikel ini.. :p

to errick : haha.. masa bilang keren tp blm baca. mungkin udah takut duluan sm panjangnya tulisan ya.. hm, sip. bahan pertimbangan. next time i'll make it shorter

Anonymous said...

yeah tp klo lagi asyik nulis n ada ide, emang pengennya nulis aja terus...

Irfan AD said...

saya juga ada ide mengembangkan usaha kuliner...
kue ibu saya...
cem macem lah... (Black Forrest, Tart,Bolu kukus,Kue kering, de el el...)
marketing nya masih bermasalah...
dulu saya sempat jual di sekolah (waktu SMA)... selebihnya cuma memenuhi pesanan orang2 deket aja ato memasok ke toko2 kue...
cuma home industry biasa... jadi ga berkembang...

kepikiran pengen negmbangin usaha ini...
tapi belum dapet konsepnya...

mungkin Teh Lesly punya masukan...

makasih

Anonymous said...

wah, apa nih nama restorannya? Kapan2 saya mampir deh.

Lesly Septikasari said...

to irfan:
"dulu saya sempat jual di sekolah (waktu SMA)... selebihnya cuma memenuhi pesanan orang2 deket aja ato memasok ke toko2 kue..."

wah, kalo menurut sy itu udah berkembang tuh, coba, ada berapa sma n toko kue di bandung (klo tinggal di bdg), orang2 deket juga, pasti lebih dari 1 kan ?? :D yg perlu dicek mungkin 'kreatif dan konsisten' plus 'TEKAD'

to agung : restoran yg mana gung? klo yg punya saya cs alhamd sudah lewat masa aktifnya ^^

catur said...

kapan nih restorannya diaktifkan lagi??