Sunday, February 24, 2008
The power of one (You)
Thursday, February 14, 2008
Loyalitas (continued)
Dari studi sebelumnya, tantangan terbesar bagi siapa saja yang yang berhasrat atau berambisi untuk menjalankan pekerjaan, tanggung jawab sebagai pemimpin adalah mendemonstrasikan integritas dan sikap jujur. Hal ini sudah menjadi konsekuensi seorang pemimpin, setidaknya pemimpin bagi dirinya sendiri.
Untuk dapat menciptakan konstituen yang loyal, pemimpin tak bisa lari dari kewajiban mengenali nilai-nilai dan norma-norma yang dianut konstituennya, mengetahui mitos-mitos dan legenda yang dipercayai konstituennya dan bertindak dalam bingkai yang sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka. Ibarat seorang pembicara publik yang profesional, pemimpin wajib mengenal audiens-nya sebelum, ketika dan sesudah berbicara. Tanpa itu ia tidak akan didengarkan dengan sungguh-sungguh. Tanpa itu :
- Ia tidak bisa berbicara untuk menawarkan pemecahan masalah atau hal lainnya.
- Ia tidak tahu kompetensi apa yang perlu dikembangkannya.
- Ia tidak tahu visi macam apa yang akan menarik dan menggerakkan hati konstituennya.
- Ia tidak akan diikuti dengan setia karena memenangkan hati konstituen termasuk konsumen, adalah juga suatu proses ‘transaksi‘ dan mengandung unsur ‘kompetisi’,
Maka tak pelak lagi pemimpin harus memiliki kecakapan dalam hal komunikasi dan membina hubungan interpersonal. Adapun terkait loyalitas konsumen,-yang juga konstituen pemimpin perusahaan, adalah sangat penting untuk menerapkan manajemen yang menganggap konsumen sebagai orang ‘human’ dan bukan barang ‘things’ atau uang ‘cash’. Ingat, we manage things and lead people. Bila tingkat kepuasan konsumen atau konstituen meningkat, maka layaklah diharapkan loyalitasnya pun naik.
Pernahkah anda naik angkot? saya sering sekali, rasanya sangat tidak nyaman ketika sebagai penumpang dibilang ‘muatan’, dibiarkan menunggu sampai angkot penuh, lalu sopir mengemudi ugal-ugalan seakan di belakang sopir hanya tumpukan bantal. Namun, jangan-jangan sopir pun merasa tidak dianggap manusia, ketika dia bertanya, penumpang diam saja dan hanya bisa menjawab ‘Stop’ atau ‘Kiri kiri’’, cukup sering juga lho penumpang yang tidak membayar, atau membayar dengan uang sobek setengah. Tingkah polah seperti inilah yang menggeneralisir kesan penumpang dan sopir angkot di mata masing-masing sehingga muncul sikap de-humanizing seperti di atas.
Dengan demikian, keahlian menyimak ‘listening’ merupakan skill yang semakin langka dan mahal saat ini, namun masih mutlak diperlukan oleh seorang pemimpin. Tidak sekedar mendengar ‘hearing’, namun juga menumbuhkan rasa empati dan menuangkannya dalam tindakan.
Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa sosok pemimpin yang diharapkan adalah sosok yang tidak saja visioner, tetapi juga jujur, memiliki integritas, rendah hati, dan komunikatif—terutama dalam arti suka mendengarkan dalam rangka memahami situasi dan kondisi konstituennya dan memiliki network yang luas. Ini tidak saja berlaku dalam dunia bisnis, melainkan juga relevan dalam kancah politik atau bidang lainnya. Sosok-sosok pemimpin yang demikianlah yang akan memperoleh ‘hibah’ kepercayaan dari konstituennya.
Sebaliknya, pemimpin yang tidak jelas visinya, tidak jujur dan manipulatif, sok tahu (sombong), malas mendengarkan (tidak memberikan cukup waktu untuk itu), dan tidak komunikatif dalam berinteraksi dengan konstituennya, akan segera kehilangan ‘hadiah’ bernama loyalitas. Ia akan ditinggalkan dan kehilangan legitimasi.
Based on : Andrias Harefa’s Menjadi Manusia Pembelajar
Saturday, February 9, 2008
Loyalitas
Mind Mastery
A complex person.
It’s..
Me, and,
probably you too
When a person is lead to a certain condition he or she doesn’t want it to be. What would to do? Choose, between mad, mourning n regret it, or see what to fix and learn? Somehow even if you don’t decide, you’ve already being decided. As the time goes on, a decision has been made, time will give the answer.
Friday, February 1, 2008
Adventure
Amazing, my whole life is such an adventure!
Dari pinggir jalan cilandak melintasi jalur kereta ke rancaekek dan cicalengka
Kaki terendam dalam banjir di setiabudi
Terhujani koak di jalan ganesha
Tertidur di angkot dari ujung berung
Terlantar di jakarta bersama teman, ke tanah abang, MPR dan monas
Terhempas ke kampus putih malang
offroad ke gunung Halimun,
5 tahun hidupku membuatku begitu mengenal bandung
dan seluk beluk laboratorium farmasi dan kehidupan,
kadang kurasa semakin jauh dari diriku
Betapa berwarnanya diriku
Semakin kutahu
Betapa banyak yang bisa kulakukan
Dalam tubuh yang mungil ini
Dalam otak yang bekerja kencang menyampaikan jutaan megabyte sambungan neuron
Dan dalam derap langkah penuh semangat
Aku senang
Karena selalu ada
Dan akan selalu ada
Tempatku menemukan diri,
Dimana aku bisa bermakna bagi orang lain
selanjutnya..
aku ingin melihat
aku ingin melihat dunia
aku ingin berbuat lebih banyak