Diagnosa positif itu akhirnya dikonfirmasi oleh dokter. Meski baru selebar 1 cm (dari hasil USG), gumpalan daging/alaqoh itu berdenyut... masyaalloh, sampai bingung harus merasakan bagaimana. Sudah 6 minggu usianya ... Lagi-lagi rasanya seperti mimpi, beneran gitu ? Setelah menikah 9 bulan, amanah itu datang juga. Subhanalloh. Maha suci Allah yang telah menciptakan kejadian dan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna.
Meskipun tidak bekerja atau kuliah, kehidupan di Jepang tetap saja bisa terasa melelahkan. Rasanya pingin ketawa, waktu mendengar berita ada seorang wanita parkir di trotoar Jakarta, beserta pengendara ratusan motor lainnya, "Biar dekat kan tinggal nyebrang untuk belanja mas... " Wah kalau di sini pantang parkir sembarangan, sepeda pun bisa ditilang. Untuk ke mana-mana memang pakai kereta sehingga bisa cepat, tapi untuk menjangkau kereta dan setelah keluar stasiun itu memerlukan perjalanan kaki yang tidak singkat. Kalau rumah kita dekat stasiun, alhamdulillah. Kalau kampus (suami), supermarket atau rumah teman jauh dari stasiun,... alhamdulillah juga, karena bisa gerak jalan hehehe .... dochira demo alhamdulillah to itte (yg manapun ucaplah alhamdulillah).
Tantangan itu semakin terasa sekarang, dan nanti jika sudah lahiran. Makanya Ibu-ibu jepang memang hebat. Mereka harus kuat karena menjadi tulang punggung di rumah, mengurus semuanya sendiri tanpa pembantu karena gajinya mahal sekali. Selain karena tantangannya, mereka juga serius dalam mengurus keluarganya. Wanita Jepang juga suka bekerja, tetapi setelah mereka menikah, banyak yang berhenti untuk fokus mengurus keluarganya.
Japanese mom membonceng anaknya.. sepedanya ada yang manual atau pakai listrik. |