Baru saja pagi ini melewati pasar dan area jogging dan rekreasi hari libur. Menyenangkan melihat keramaian; orang berdagang, olah raga, jajan plus ngabring sama keluarga atau teman-teman. Menunjukan betapa berwarnanya hidup ini.
Sampai pada suatu kejadian, ada seorang ibu di depan gerobak tukang kacang ijo, membunyikan mangkok dengan sendok. Saya kira sedang jualan, sampai ibu ini bilang, 'Mang, mang, iyeu kacang hejo bade diical moal?? icalan henteu?'
translasi : 'Pak, ini kacang hijau mau dijual tidak?? jualan ga?'
Ooh ternyata ibu ini sedang memanggil yang punya gerobak.
Lucu juga. Apa si mang nya ga takut gerobaknya dicuri akibat ditinggal-tinggal begitu? tapi mungkin memang tidak, masyarakat disini cukup solider, plus kalo pun ada yang berani maling pasti juga takut dikeroyok massa yang bisa jadi lebih seram daripada polisi.
Jadi kepikiran, ‘Coba si mang nya ada, kan rejeki tuh.’
Lebih jauh lagi, terpikirkan bahwa sering juga saya mengalami hal-hal seperti itu. Ketika ingin membeli sesuatu penjualnya tidak ada, ketika sudah doyan jajanan tertentu ternyata jadwal buka-nya tak tentu atau pemiliknya sudah keburu gulung tikar. Alangkah banyak rejeki yang dinanti ternyata terlewat hanya karena tidak di tempatnya.
Ini bukan perkara berjodoh atau tidak dengan rejeki, tapi seringkali ketidak-konsistenan menyebabkan kerugian yang seringkali tidak disadari. Memang tidak mudah bersikap konsisten, bertanggung jawab pada pilihan yang sudah diambil dan tekun menjalani rutinitas sebagai konsekuensinya. Terutama dalam industri makanan, konsistensi adalah hal yang penting ; konsisten terhadap konsep, konsisten terhadap jadwal buka, konsisten (standar) terhadap rasa dan tampilan masakan, dan konsisten melakukan inovasi.
Dalam islam kita mengenal istilah ini sebagai Istiqomah, namun tak saya ulas banyak di sini. Cukuplah kutipan dari blog ini (rara-banget.blogspot.com) saya tambahkan,
Istiqomah adalah anonim dari thugyan (penyimpangan atau melampau batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata Istoqomah dari kata “qamma” yang berarti berdiri. Maka secara bahasa, Istoqomah berarti tegak lurus. Sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Muslim yang beristiqomah adalah muslim yang selalu mempertahankan keimanan dan aqidahnya dalam situasi dan kondisi apapun. “Maka tetaplah (istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS 11 : 112).
Istiqomah menimbulkan keberanian. Pemberani bukan nekat tanpa perhitungan. Keberanian yang timbul dalam istiqomah didasari pertimbangan matang dan penuh perhitungan untuk meraih ridha Allah.