Pages

Monday, September 20, 2010

Sharing Idul Fitri di Tokyo

Semoga belum terlambat bagi kami mengucapkan :

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H

Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Shiyamanaa Wa Shiyamakum
Minal ‘aidin Wal faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin

 - Lesly Septikasari & Keluarga -

Sunday, September 19, 2010

Mastering the kitchen

Mba Ully, tulisan ini yang dimaksud mungkin ya :) tapi karena masih under construction jadi postingannya saya pindahkan ke draft dulu pekan lalu. Well, silakan dibaca plus sharing masukan, yg lebih berpengalaman tentu banyak ilmunya nih :)

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
Lulus master secara formal tak berarti tidak bisa menjadi master di bidang lain. Jika kita mau, banyak hal yang bisa dipelajari dan didalami. Dan untuk setiap wanita, seni dan skill yang satu ini menjadi agenda kuliah wajib sepanjang hidupnya, apapun pekerjaannya. Yaitu, ... menjadi juru dapur. Dalam kuliah ini tak hanya makanan untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga harus dipikirkan.

Jujur saja, sebelum menikah, rasanya sulit sekali masak memasak itu, perlu memperhatikan jenis sayur, lauk, belum lagi aneka bumbu yang bikin puyeng dan ga hafal-hafal namanya. Rasa ingin tahu dan takut gagal bercampur aduk. Belanja bahan atau masak untuk sekedar membantu ibu saja rasanya malah bikin repot. Tertarik masak sampai dulu sempat merasakan buka kantin, tidak serta merta menjadikan ahli resep karena lebih mengandalkan koki untuk perkara dapur. Pihak manajemen mengontrol anggaran dan tester rasa saja^^

Tetapi setelah pegang dapur sendiri, dan barangkali karena terpaksa, -kalo saya ga masak, ga ada makanan :p (entah, suami jadi addicted gitu sama masakan istri.. halah),  malah jadi heran  sama diri sendiri. Rasanya cepat belajar (versi saya lho, bukan chef Lenny ato Nurul san, apalagi Melia sensei), dan tertarik mencoba berbagai resep baru. Entah apakah para newlyweds juga mengalami sindrom ini ??

Terkait masak memasak ini, berikut beberapa hal menarik dan penting untuk diperhatikan ;

Seni bikin semangat memasak
Makanan adalah salah satu sarana untuk menjaga diri kita. Makanan yang sehat membuat fisik bugar, dan otak bekerja optimal. Demikian pula jadwal makan, mesti teratur agar kita tetap fit dan terhindar dari penyakit maag. Oleh karena itu semangat memasak harus terus dikobarkan (merdeka! ^^). Maksud saya, memasak dengan tulus dan semangat (sebut juga 'memasak dari hati') akan mempengaruhi kualitas dan rasa masakan kita.

Untuk menjaga semangat ini, perbaharui resep dan metode memasak kita supaya tidak bosan. Kenali juga berbagai manfaat bahan masakan bagi rasa dan kesehatan. Mengikuti acara pengajian atau silaturahmi tetangga akan menambah katalog resep kita dan berbagi semangat memasak. Oya, acara masak bareng juga memudahkan berbagi tukar ilmu dan memperbaiki masakan kita (klo masakan kita masih rawan gagal). Belajar dari resep yang paling sederhana/dasar, kemudian bertahap lebih bervariasi lagi.

Monday, September 6, 2010

Tontonan, Tuntutan atau Tuntunan ?

Ramadhan, entah disebut subjektif atau tidak, tidak lepas dari ajang persaingan rating tontonan/program televisi, termasuk sinetron. Sinetron Ramadhan dan program sahur sejak beberapa tahun ini ternyata dinilai dan tayangan terbaiknya mendapat penghargaan. 


Majelis Ulama Indonesia (MUI) bekerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam mengawasi siaran TV agar tetap sehat. Pemantauan tersebut dilakukan terhadap 12 stasiun TV, yang diantaranya TVRI, TPI, SCTV.

Suatu langkah yang postitf, dengan kompetisi membuat tayangan Ramadhan semakin berkualitas serta tidak lagi mengedepankan kisah-kisah dramatis non solutif, atau lelucon-lelucon kasar dan merendahkan, hanya demi menghibur penonton.